Penyebab Muka Tanah Turun yang Ancam Jakarta Tenggelam

Penurunan kecanggihan tanah merupakan melenceng satu mengenai tiga ciri penyebab prediksi Jakarta menyelam . Ini merupakan ciri penyebab yang paling bisa diminimalkan dibanding dua lainnya yaitu kondisi Jakarta antara dataran pendek dan didominasi rawa-rawa serta kenaikan permukaan air laut.
Penurunan tanah hadapan Jakarta sendiri disebabkan empat elemen bahwa terdiri melalui elemen alam berikut buatan atau bahwa berkaitan beserta manusia.
"Penyebab penurunan muka tanah demi Jakarta ketimbang faktor alami, antropogenik, selanjutnya gabungan keduanya," ujar Dwi Sarah, Peneliti muda Pusat riset Geoteknologi-BRIN kepada CNNIndonesia.com meterusi pesan teks, Kamis (3/2).
Untuk penyebab alami, penurunan tanah di Jakarta disebabkan dua hal, yakni jalan tektonik yang getol dengan kompaksi alamiah tanah Jakarta. Kompaksi alamiah adalah jalan pengurangan lapisan sedimen tanah imbas beban sedimen di atasnya.
Sedangkan demi faktor antropogenik atau faktor nan melibatkan campur tangan manusia, penurunan tanah dempet Jakarta disebabkan eksploitasi berlebihan pada air tanah dan pembebanan.
Perkembangan penduduk berikut penurunan tanah
Penurunan tanah di Jakarta terjadi secara bervariasi. Beberapa wilayah mengalami penurunan 1-15 sentimeter per tahun dan jumlah lokasi lainnya dapat mengalami penurunan tenggat 20-28 sentimeter per tahun.
Dalam sebuah jurnal penelitian oleh Hasanuddin Z. Abidin dan rekannya, ketimbang keempat faktor penurunan tanah terkemuka, aktivitas tektonik tampak merupakan faktor adapun paling tidak signifikan, mengingat aktivitas tektonik wilayah Jakarta adapun tidak terdahulu sering.
Sementara itu, eksploitasi berlebihan air tanah disebut menjadi aspek paling bertanggung jawab menyebabkan penurunan tanah Jakarta.
Eksploitasi berlebihan tanah, kompaksi alamiah tanah, dan beban bangunan menjadi aspek saling berkaitan menurunkan tanah Jakarta.
Pasalnya, ketiga aspek tersebut berbanding lurus beserta pertumbuhan penbersandar nan terjadi dempet wilayah ibu kota.
Pertumbuhan penmelungguh akan semakin padat bagi menghadirkan bangunan-bangunan baru demi area tinggal atau sejumlah fasilitas lain.
Kehadiran bangunan tercatat bagi semakin membebani tanah Jakarta. Selain itu, kehadiran bangunan modern agak kemungkinan hebat bakal meningkatkan konsumsi air tanah.
Mencegah Jakarta lenyap
Agar menghindari Jakarta tenggelam, meminimalkan penurunan muka tanah bisa berprofesi keliru satu upaya yang dapat dilakukan.
Sarah menyebut memangkas eksploitasi air tanah dan menggunakan air permukaan sebagai sumber utama air cemerlang bisa memerankan cela satu cara yang bisa dilakukan masyarakat.
Lebih lanjut, pemantauan atas penurunan muka tanah juga diperlukan bagi menilai upaya mitigasi yang dilakukan.
"Perlu monitoring air tanah vs [dibanding] laju amblesan untuk menilai efektivitas upaya mitigasi," pungkas Sarah.
Saat ini Pemerintah DKI Jakarta telah menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 93 Tahun 2021 tentang Zona Bebas Air Tanah demi upaya akan meluak penggunaan air tanah.
Dalam aturan tersebut, Anies melarang penggunaan air tanah bagi para pemilik atau pengelola bangunan mulai 1 Agustus 2023 menbertandang.
"Setiap pemilik atau pengelola bangunan lewat kriteria bagaimana dimaksud ekstra dalam Pasal 2 dilarang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah mulai levell 1 Agustus 2023, kecuali kepada kesibukan dewatering," demikian bunyi Pasal 8 peraturan terbilang.
Namun, tidak semua pemilik bangunan di Jakarta dilarang memanfaatkan air tanah. Dalam Pasal 2, dicantumkan sejumlah kriteria bersama sasaran zona bebas air tanah.